Minggu, 28 Juni 2009

Kehamilan Sungsang



Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan sungsang didiagnosis melalui bantuan ultrasonografi (USG).

Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain kelahiran kembar, cairan amniotik yang berlebihan, hidrosefalus, anencefaly, ari-ari yang pendek dan kelainan rahim.

Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan mendekati 40 minggu.

Karena resiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan posisi normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan dengan bedah caesa

Label:

Atonia Uteri

Definisi perdarahan pascapersalinan

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.

Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.

Klasifikasi Klinis

Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder.

1. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan pascapersalinan segera).

Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

2. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage, atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat, atau PPP kasep)

Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama Perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

Penyebab perdarahan pascapersalinan

Perdarahan pascapersalinan antara lain dapat disebabkan oleh:

1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya Perdarahan pascapersalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.

 

Copyright © 2005 Nucleus Communications, Inc. All rights reserved 

Predisposisi atonia uteri :
o Grandemultipara
o Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar (BB > 4000 gr)
o Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi)
o Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan anteparturn)
o Partus lama (exhausted mother)
o Partus precipitatus
o Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis)
o Infeksi uterus
o Anemi berat
o Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus)
o Riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya atau riwayat plasenta manual
o Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong-dorong uterus sebelum plasenta terlepas
o IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati)
o Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam.

2. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari Perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.

 

a. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
b. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.
Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina. Hal ini terjadi apabila pada persalinan yang disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus dengan servik uteri tidak terjepit antara kepala janin dengan tulang panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh vagina, jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan, terjadi robekan vagina pada batas antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang terfiksasi pada jaringan sekitarnya. Kolpaporeksis juga bisa timbul apabila pada tindakan pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam uterus terjadi kesalahan, dimana fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar untuk mencegah uterus naik ke atas.
Fistula
Fistula akibat pembedahan vaginal makin lama makin jarang karena tindakan vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea. Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus kandung kemih atau rektum, misalnya oleh perforator atau alat untuk dekapitasi, atau karena robekan serviks menjalar ke tempat-tempat tersebut. Jika kandung kemih luka, urin segera keluar melalui vagina. Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis atau rektovaginalis.
c. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.3. Retensio plasenta
Rentensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta ½ jam setelah anak lahir. Tidak semua retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu.

4. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.

5. Inversio uterus
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.

Gejala klinis

1. Atonia uteri

Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan primer)

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:
a. Syok (tekanan darah rendah,denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual,dan lain-lain).

2. Robekan jalan lahir

Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Perdarahan segera
b. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
c. Uterus kontraksi baik
d. Plasenta baik

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:
a. Pucat
b. Lemah
c. Menggigil

3. Retensio plasenta

Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b. Perdarahan segera
c. Uterus kontraksi baik

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:
a. Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
b. Inversio uteri akibat tarikan
c. Perdarahan lanjutan

4. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)

Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
b. Perdarahan segera

Gejala dan tanda kadang-kadang ada:
a. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang

5. Inversio uterus

Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Uterus tidak teraba
b. Lumen vagina terisi massa
c. Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
d. Perdarahan segera
e. Nyeri sedikit atau berat

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:
a. Syok neurogenik
b. Pucat dan limbung6

Diagnosis perdarahan pascapersalinan

Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir.

Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi; sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi dengan baik. Dalam hal uterus berkontaraksi dengan baik, perlu diperiksa lebih lanjut tentang adanya dan dimana letaknya perlukaan jalan lahir. Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan pascapersalinan dapat dicegah.

Tetapi kematian tidak data terlalu dihindarkan, terutama apabila penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena sudah kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian besar terjadi di luar rumah sakit, perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam persalinan.

Diagnosis Perdarahan Pascapersalinan
(1) Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
(2) Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
(3) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
- Sisa plasenta atau selaput ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
(4) Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
(5) Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation Test), dll

Perdarahan pascapersalinan ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok. Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi, pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam.

Label:

Persalinan Kala II



BATASAN 
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dgn lahirnya bayi
Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran

TANDA DAN GEJALA KALA DUA PERSALINAN


Beberapa tanda dan kala dua persalinan

* Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dgn terjadinya kontraksi

* Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pd rektum dan/atau vaginanya

* Perineum terlihat menonjol

* Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

* Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Diagnosis kala dua persalinan dpt ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dlm yg menunjukkan :

* Pembukaan serviks telah lengkap,

* Terlihatnya bagian kepala bayi pd introitus vagina

PERSIAPAN PENOLONG PERSALINAN
Menerapkan upaya pencegahan infeksi Þ 

* Cuci tangan, 

* Memakai sarung tangan dan 

* Perlengkapan pelindung pribadi

* Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan

* Persiapan tempat dan lingkungan utk kelahiran bayi


* Persipan ibu dan keluarga

~ Asuhan sayang ibu

- Anjurkan keluarga utk mendampingi ibu selama persalinan

- Anjurkan keluarga utk terlibat dlm asuhan ibu

- Berikan dukungan dan semangat pd ibu dan anggota keluarganya

- Tentramkan hati ibu selama kala dua persalinan

- Saat pembukaan lengkap, jelaskan pd ibu utk hanya meneran apabila ada dorongan kuat utk meneran

- Anjurkan ibu utk minum selama kala dua persalinan

~ Membersihkan perineum ibu

- Bersihkan vulva dan perineum ibu secara lembut dgn menggunakan air matang (Disenfeksi tingkat tinggi), dan gulungan kapas atau kassa yg bersih


~ Pengosongan kandung kemih

- Anjurkan ibu utk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebihsering atau bila kandung kemih terasa ibu penuh

- Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum / setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta

AMNIOTOMI
Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan telah lengkap lakukan amniotomi
Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi
Jika ada pewarna mekonium pd air ketuban, perlu dilakukan persiapan dan upaya antisipatif utk melahirkan bayi dgn cairan ketuban yg mengandung mekonium

PENATALAKSANAAN FISIOLOGI KALA DUA PERSALINAN
Penatalaksanaan fisiologi kala dua persalinan Þ peristiwa normal yg akan diakhiri dgn kelahiran normal tanpa adanya intervensi
Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu utk meneran sesuai dgn dorongan alamiahnya, dan beristirahat di antara kontraksi.
Kontraksi uterus yg mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan meneran Þ upaya bantuan terhadap kontraksi uterus utk melahirkan bayi

Memulai Meneran
Bila sudah mendapatkan tanda pasti kala dua persalinan, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan spontan utk meneran
Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi

MEMANTAU SELAMA PENATALAKSANAAN KALA DUA PERSALINAN
Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala
Periksa dan catat:

* Nadi bu setiap 30 mnt

* Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 mnt

* DJJ setiap selesai meneran

* Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen setiap 30 mnt dan pemeriksaan dlm setiap 60 mnt atau kalau ada indikasi

* Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah)

* Apakah ada presentasi mejemuk (misalnya tangan) atau tali pusat berada di samping atau di atas kepala

* Putaran paksi luas segera setelah kepala bayi lahir

* Adanya kehamilan kembar yg tdk diketahui sebelumnya

* Semua pemeriksaan dan intervensi yg dilakukan pd catatan persalinan

POSISI IBU SAAT MENERAN
Bantu ibu utk memperoleh posisi yg paling nyaman baginya
Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering mempercepat kemajuan persalinan
Posisi duduk (Gambar 3-1) atau setengah duduk sering nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dgn mudah di anatra kontraksi jika merasa lelah, keuntungannya memudahkan melahirkan kepala bayi




Jongkok atau berdiri (Gambar 3-2) dapat membantu mempercepat kemajuan kala dua persalinan dan mengurangi rasanyeri yg hebat
Merangkak atau berbaring miring ke kiri (Gbr 3-3) bisa lebih nyaman dan lebih efektif baginya untuk meneran

Cara Meneran
Anjurkan ibu utk meneran sesuai dgn dorongan alamiahnya selama kontraksi
Jangan anjurkan utk menahan nafas pd saat meneran
Anjurkan ibu utk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi
Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah utk meneran jika ia menarik lutut ke arah dada dan menempelkan dagu ke dada
Anjurkan ibu utk tdk mengangkat bokong saat meneran
Jangan melakukan dorongan pd fundus utk membantu kelahiran bayi

KELAHIRAN BAYI

Posisi Ibu Saat Melahirkan
Perbolehkan ibu utk mencari posisi apapun yg nyaman baginya, tapi itu tdk boleh melahirkan bayi pd posisi berbaring telentang


Pencegahan Laserasi
Laserasi spontan pd vagina atau perineum dpt terjadi saat bayi dilahirkan Þ saat kelahiran kepala dan bahu
Kejadian laserasi meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tdk terkendali
Jalin kerjasama dgn ibu selama persalinan dan gunakan manuver tangan yg tepat utk mengendalikan kelahiran bayi serta membantu mencegah terjadinya laserasi


Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan:

* Meningkatnya jlh darah yg hilang dan risiko hematoma

* Lebih sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dgn laserasi derajat tiga atau empat yg terjadi tanpa episiotomi

* Meningkatnya nyeri pascapersalinan

* Meningkatnya risiko infeksi

Indikasi utk melakukan episiotomi utk mempercepat kelahiran bayi bila didapat:

* Gawat janin

* Penyulit kelahiran pervaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forceps, ekstraksi vakum)

* Jaringan parut pd perineum / vagina yg memperlambat kemajuan persalinan
Saat kepala bayi mendorong / membuka vulva sekitar 5-6 cm, letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu utk mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir
Letakkan kain bersih dan kering yg dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu
Lindungi perineum dgn satu tangan dan letakkan ibu jari dan 4 jari tangan tersebut di lipat paha pd kedua sisi perineum
Letakkan tangan yg lain pd kepala nayi
Perhatikan perineum saat kepala keluar dan dilahirkan 
Usap muka bayi dgn kain / kasa bersih atau disinfeksi tingkat tinggi utk membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir dan darah

Periksa tali pusat pd leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu utk berhenti meneran dan bernafas ceoat
Raba leherbayi apakah ada lilitan tali pusat

Melahirkan bahu
Tunggu hingga terjadi kontraksi selanjutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi
Setelah kontraksi eksternal, letakkan satu tangan pd masing2 sisi kepala bayi dan beritahukan pd ibu utk meneran pd kontraksi berikut
Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar secara lembut (kearah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tanpak di bawah arkus pubis
Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah kelangit-langit) utk melahirkan bahu posterior bayi


Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu :

* Kepala bayi lahir tapi tetap berada di vagina

* Kepala bayi tdk melakukan putaran paksi luar

* Kepala bayi sangkut di perineum, seperti masuk kembali ke dlm vagina (kepala kura-kura)

Melahirkan sisa tubuh bayi
Saat bahu posterior, selipkan tangan pd bagian bawah (posterior) kepala bayi kearah perineum dan biarkan bahu dan bagian tangan bayi lahir ke tangan yg ini
Ginakan jari2 tangan yg sama utk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pd sisi posterior bayi pd saat melewati perineum
Gunakan tangan yg berada di belakang (posterior) utk menahan tubuh bayi saat lahir (Gambar 3-8)
Gunakan tangan bagian depan (anterior) utk melahirkan bahu anterior dan utk mengendalikan kelahiran siku dan tangan anterior bayi
Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan bagian depan (anterior) di punggung bayi ke arah bokong dan kaki bayi utk menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir (Gambar 3-8)
Sisipkan jari telunjuk dari tangan yg sama diantara kaki bayi, pegang dgn mantap bagian mata kaki bayi dan baru lahirkan kakinya secara hati2 (Gambar 3-8)
Baringkan bayi di atas kain atau handuk yg terletak di perut ibu Þ kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuh
 

Mengeringkan dan merangsang bayi
Segera keringkan dan rangsang bayi dgn kain atau selimut di atas perut ibu
Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dgn baik

Memotong tali pusat
Gunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril, klem tali pusat 3 cm dari pusat bayi
Lakukan pengurutan pd tali pusat dari klem kearah ibu
Pasang klem kedua pd sisi ibu 2 cm dari klem pertama
Pegang tali pusat diantara kedua klem utk melindungi bayi
Gunakan tangan yg lain utk memotong talipusat diantara kedua klem tersebut dgn mengunakan guntung disinfeksi tingkat tinggi atau steril (Gambar 3-9)

Label:

Distorsia Bahu / Bahu Macet

distosia bahu
DISTOSIA BAHU
Distosia bahu adalah :

 Impaksi bahu depan diatas simfisis
 Ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme/cara biasa
Faktor Risiko
 Kehamilan lewat waktu
 Obesitas maternal
 Riwayat distosia bahu sebelumnya
 Persalinan pervaginam dg tindakan
 Partus lama
 DM yg tidak terkontrol
Diagnosis
 “Turtle Sign” 
 Tidak terjadi gerakan/ restitusi spontan
 Gagal lahir dg tenaga ekspulsi
 Adanya faktor risiko hanya ditemukan pada 50 % kasus
Pengelolaan
 A sk for help
 L ift the legs & buttocks
 A nterior shoulder 
disimpaction
 R otation of posterior 
shoulder
 M annual removal posterior 
arm
Distosia bahu bukanlah masalah pada soft tissue ibu, namun episiotomi mungkin dapat memfasilitasi manuver2 tsb

Upaya utk memudahkan melakukan manuver2 tsb : 
 Episotomi
 Knee chest position

Hindari 4 P :
1. Panic
2. Pulling : menarik kepala bayi
3. Pusshing : dorongan fundus
4. Pivoting : angulasi kepala

LANGKAH :
 Ask for help : 2 tim
 Lift the legs & buttocks (Mc Robert)

Anterior shoulder disimpaction : 
- Eksternal : Massanti
- Internal : Rubin (dg episiotomi)
 Rotation :

Bahu blk : 
- Wood
- Wood Corkscrew 
 Manual removal of posterior arm (Shwartz) dg episiotomi
 Roll over : ulangi
knee chest (Gaskin) 

Ask For Help
 Mintalah pertolongan
 Mintalah ibu untuk kooperatif
 Panggil partner
 Beritahu personel lainnya
Lift the legs & buttocks
 McRobert’s Manuver:
Angkat  Kaki & Bokong
 Fleksi paha ke abdomen
 Sudut inklinasi pelvik berkurang
 Membutuhkan asisten
 70% kasus berhasil lahir dg manuver ini


Anterior Shoulder Disimpaction (Eksternal)
 Disimpaksi bahu depan dengan
penekanan di suprapubis
(Massanti Manuver)
 Abdominal approach
 Diameter biakromial lebih kecil

 Tidak menekan fundus


Anterior Shoulder Disimpaction 
(Internal)
 Rubin Manuver
 Vaginal approach
 Adduksi bahu depan dg penekanan pd bag belakang bahu  bahu didorong ke depan ke arah dada
 Pertimbangkan episiotomi
 Tidak melakukan dorongan fundus

A. Diameter Bahu-bahu
B. Bahu yg plg mudah dijangkau di tekan kedepan mnj dada bayi  menyebabkan abduksi kedua bahu, shg diameter bahu-bahu mengecil dan impaksi bahu depan terbebas


Rotasi Bahu Belakang
(Wood)
 Tekan bagian depan dari bahu belakang  kearah punggung bayi
 Dapat dikombinasi dg anterior disimpaction
 Tidak melakukan dorongan fundus 
Rotasi Bahu Belakang 
 Woods Corkscrew Manoeuver
 Dilakukan simultan dg disimpaksi bahu depan
 Bag depan bahu belakang ditekan, dan dilakukan rotasi 180o ke arah anterior (kearah dada bayi)

Woods Maneuver : Tangan diletakkan di blk bahu blk anak,
kmd dirotasi 180 derajat ke anterior 
impaksi anterior terbebas
Removal Posterior Arm
(Shwartz)
 Lengan bayi biasanya fleksi pd siku
 Bila lengan tidak fleksi Dorong lengan pd siku
 Dorong lengan kearah dada
 Ambil tangan  lahirkan tangan

1. Dengan episiotomi
2. Knee chest position : Memudahkan melahirkan 
bahu belakang
Tindakan lain
 Patahkan klavikula
 Zavanelli Maneuver: - menempatkan kembali kepala
di pelvik  SC
 Simfisiotomi
Komplikasi
 Fetal/Neonatal :
1. kematian
2. asfiksia dan gejala sisanya
3. fraktur : klavikula, humerus
4. brachial plexus palsy

 Ibu :
1. Perdarahan post partum
2. Ruptura uteri
 Setelah tindakan :
- Waspada perdarahan post
partum
- Inspeksi adanya laserasi dan
trauma maternal
- Periksa bayi : adakah jejas
- Terangkan tindakan yg telah
dilakukan

Label:

Kamis, 25 Juni 2009

letak G-SPOT wanita


Berdasarkan definisi dari Departemen Kesehatan, diketahui bahwa kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh serta proses reproduksi. Dengan demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit, melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan baik sebelum menikah maupun sesudah menikah.

Anatomi Alat Reproduksi Wanita

Alat reproduksi sendiri adalah bagian-bagian tubuh kita yang berfungsi dalam melanjutkan keturunan. Alat reproduksi wanita berbeda dengan alat reproduksi laki-laki. Di artikel ini kita akan lebih khusus membahas alat reproduksi wanita.

Alat reproduksi wanita terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam dan luar. Bagian dalam memiliki fungsi sebagai berikut:
Bibir kemaluan (labia mayora), yaitu daerah yg berambut, berfungsi sebagai pelindung dan menjaga agar bagian dalam tetap lembab.
Bibir dalam kemaluan (labia minora), yaitu daerah yang tidak berambut dan memiliki jaringan serat sensorik yang luas yang sangat peka karena mengandung ujung syaraf.
Vagina, yaitu rongga penghubung antara alat reproduksi wanita bagian luar dan dalam.

Sementara itu alat reproduksi wanita bagian luar memiliki fungsi sebagai berikut:
Vagina bagian luar, yang merupakan jalan keluar bagi darah haid dan jalan keluar ketika bayi lahir (sifatnya sangat lentur sehinggga bayi dapat keluar melalui vagina).
Leher rahim (cervix), yang merupakan penghubung antara vagina dan rahim.
Rahim (uterus), tempat dimana sel telur yang sudah dibuahi tumbuh dalam rahim selama kehamilan. Bila telur tidak dibuahi, maka sel telur menempel ke dinding rahim. Selanjutnya dinding rahim menebal lalu luruh dan mengalir keluar dalam bentuk darah. Inilah yang disebut haid (menstruasi).
Saluran telur (tuba falopii), yaitu dua saluran yang terletak sebelah kanana dan kiri rahim yang berfungsi sebagai penghubung rongga rahim dan indung telur.
Dua buah indung telur ( ovarium), berfungsi memproduksi sel telur dan hormon peremputan yaitu estrogen dan progesterone. Atas pengaruh hormon, sebanyak satu sampai dua sel telur masak setiap bulan , lalu dilepaskan ke dinding rahim. Dinding rahim ini akan menebal, yang sebetulnya berguna sebagai tempat sel telur bersarang setelah dibuahi.

Nah… apakah tanda-tanda kematangan alat reproduksi wanita? Kematangan alat reproduksi wanita ditandai oleh terjadinya haid pertama, yaitu disebut menarche. Biasanya kita menyebut anak remaja wanita yang demikian sudah akil baligh, yang dimulai sekitar umur 8-12 tahun. Bila seorang wanita sudah mengalami menarche, itu artinya tubuhnya sudah menghasilkan sel telur yang bisa dibuahi sperma yang dihasilkan oleh tubuh laki-laki, dan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan.

Letak G-Spot Wanita

Selain alat reproduksi tadi, Anda juga perlu mengenali satu area lagi yang sering disebut G-Spot. G-Spot (Grafenberg Spot) saat ini sering dibahas di berbagai media. Katanya, titik G-Spot ini adalah sebuah ruang sempit dibalik tulang pubis wanita ini yang apabila tersentuh akan memberikan sensasi yang luarbiasa.

Titik G-Spot dapat ditemukan dengan memasukkan jari-jari ke dalam Vagina dengan telapak tangan menghadap ke depan. Dengan menyentuh dan memainkan bagian ini dengan perlahan, dapat membuat pasangan wanita multiple orgasme. G Spot juga dapat terstimulasi dengan baik saat bercinta dengan posisi doggy style atau spooning.

Nah…berbekal pengetahuan anatomi tubuh dan alat reproduksi, tentunya Anda kini dapat mempersiapkan diri untuk menikmati saat-saat indah bersama. Jangan takut untuk mencoba dan mengekplorasi tubuh pasangan, karena kreativitas memang merupakan elemen yang sangat penting untuk membina hubungan intim yang senantiasa penuh gairah.

Label:

Rabu, 24 Juni 2009

thanks to....


alhamdulillahirabbil alamin....
Allah SWT... my almighty...
terima kasih bwd dosen Mata kuliah Pengenalan Komputer di STIKes Dharma Husada bapak Trisno Subekti.
blog ini akhirnya bisa terbit juga...

semoga blog ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya pembaca yang menginginkan info-info tentang kebidanan maupun info-info kesehatan lainnya.

selamat membaca!! 



Label: